Teori perubahan sosial adalah konsep yang menjelaskan tentang bagaimana perubahan terjadi dalam masyarakat karena ketidakcocokan antar elemen sosial yang membentuk pola hidup baru.
Perubahan sosial meliputi berbagai hal sosial dalam masyarakat, seperti nilai-nilai, norma-norma, tata susunan lembaga, lapisan-lapisan sosial, kelompok-kelompok sosial, interaksi sosial, dan pola-pola perilaku, seperti yang diuraikan dalam Modul Pembelajaran Sosiologi mengenai Proses Perubahan Sosial di Masyarakat.
Pengertian Teori Perubahan Sosial
Ada beberapa pemikir dalam bidang Sosiologi yang menjelaskan tentang definisi perubahan sosial sebagai inti dasar dari hal-hal yang bersifat teoritis. Berikut ini adalah penjelasannya.
Kingsley Davis
Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam bentuk dan fungsi masyarakat. Menurut pandangan tersebut, terbentuknya organisasi buruh dalam masyarakat kapitalis telah mengakibatkan perubahan dalam hubungan antara buruh dan majikan.
Jhon Lewis Gillin
Perubahan sosial adalah perubahan dalam gaya hidup yang diterima, sebagai akibat dari perubahan kondisi geografis, budaya material, komposisi penduduk, ideologi, serta difusi dan penemuan baru dalam masyarakat.
Robert M. Maclver
Perubahan sosial dapat mempengaruhi hubungan dan keseimbangan sosial, sehingga mengganggu harmoni masyarakat. Menurut pandangan tersebut, tidak semua perubahan dapat diterima oleh masyarakat karena munculnya perubahan tersebut dianggap mengganggu kepentingan kelompok tertentu.
Selo Soemardjan
Perubahan sosial adalah perubahan pada institusi-institusi kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk perubahan nilai, sikap, dan pola perilaku antar kelompok dalam masyarakat.
William F. Ogbun
Menurut William F. Ogburn, perubahan sosial berkaitan dengan perubahan kebudayaan. Istilah kebudayaan dalam hal ini memiliki dua aspek, yaitu kebudayaan material dan kebudayaan imaterial. Kebudayaan material adalah hal-hal yang dapat dilihat dan digunakan, seperti teknologi.
Baca juga: Mengenal Perbedaan Etika dan Moral Secara Terperinci
Sedangkan kebudayaan imaterial adalah sesuatu yang tidak berwujud, seperti pola pikir atau perilaku, namun dapat dirasakan. Oleh karena itu, menurut William F. Ogburn, perubahan pada kebudayaan material seperti teknologi bisa memengaruhi perubahan pada kebudayaan imaterial seperti pola pikir dan perilaku manusia.
Empat Teori Perubahan Sosial
Teori Evolusi
Teori evolusi adalah sebuah teori yang menjelaskan bagaimana perubahan sosial dan perkembangan masyarakat berlangsung seiring waktu. Terdapat dua jenis teori evolusi, yaitu:
Teori evolusi unilinear
Teori ini beranggapan bahwa perubahan sosial memiliki arah tetap dan tahapan yang sama yang harus dilalui oleh semua masyarakat. Perubahan ini dimulai dari tahap perkembangan awal yang sederhana dan berlanjut ke tahap perkembangan terakhir yang sempurna.
Teori evolusi multilinear
Teori ini memandang bahwa perubahan sosial memiliki arah tetap, namun masing-masing masyarakat tidak harus mengikuti tahapan yang sama. Masing-masing masyarakat memiliki perkembangan yang unik dan berbeda satu sama lain.
Baca juga: Connected Papers Untuk Penelitian Akademik
Kedua teori evolusi ini digunakan untuk memahami perubahan sosial dan perkembangan masyarakat dalam skala yang lebih besar dan dalam jangka waktu yang panjang.
Teori Siklus
Teori siklus adalah salah satu teori perubahan sosial yang mengemukakan bahwa setiap masyarakat mengalami serangkaian tahapan dalam siklus perubahan sosial yang terus berulang. Dalam teori siklus, perubahan sosial dipandang sebagai suatu siklus yang terdiri dari beberapa tahap yang harus dilewati oleh setiap masyarakat.
Baca juga: Cara Memparafrase Teks Menggunakan Elicit.org
Teori siklus berasal dari pemikiran dari beberapa tokoh sosiologi terkemuka, seperti Pitirim Sorokin, Arnold Toynbee, dan Oswald Spengler. Teori ini didasarkan pada observasi bahwa setiap masyarakat mengalami siklus perubahan sosial yang terus berulang, dan proses ini seringkali dimulai dari fase pertumbuhan, kemudian puncak kemakmuran, kemudian fase krisis atau kehancuran, dan akhirnya memasuki fase kebangkitan kembali.
Dalam teori siklus, perubahan sosial tidak berakhir pada “tahap terakhir” yang sempurna, melainkan berakhir pada tahap kehancuran, kemudian berputar kembali pada tahap awal untuk peralihan (perubahan). Sebagai contoh, Sorokin membagi sejarah dunia menjadi beberapa siklus yang berlangsung selama beberapa ratus tahun. Setiap siklus ini memiliki fase pertumbuhan, kemakmuran, kekacauan, dan kehancuran.
Baca juga: Sekularisme Adalah: Pengertian, Sejarah, dan Permasalahan
Meskipun teori siklus memiliki kelebihan dalam menjelaskan keberulangan sejarah, namun teori ini juga memiliki kritik dari para kritikus yang menganggap bahwa teori siklus terlalu deterministik dan terlalu umum. Selain itu, teori ini juga dianggap terlalu idealis karena mengabaikan peran kekuatan ekonomi dan politik yang seringkali menjadi pendorong utama perubahan sosial.
Teori Fungsional
Teori fungsional adalah salah satu teori perubahan sosial yang menekankan pada pentingnya keberfungsian (fungsionalitas) elemen-elemen masyarakat dalam memelihara kelangsungan hidup masyarakat. Teori ini dianggap sebagai pendekatan konservatif karena memandang bahwa setiap elemen masyarakat memiliki fungsi yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan masyarakat.
Baca juga: Dasa Darma Pramuka: Pengertian, Isi, dan Fungsi
Menurut teori fungsional, setiap elemen masyarakat saling berkaitan dan bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama. Jika suatu elemen masyarakat tidak lagi memenuhi fungsinya dengan baik, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam masyarakat, yang kemudian akan memicu perubahan. Perubahan tersebut biasanya diarahkan untuk mengembalikan keberfungsian elemen masyarakat yang terganggu, sehingga masyarakat kembali memperoleh keseimbangan dan kestabilannya.
Teori fungsional ini memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
Menekankan pada fungsi sosial
Teori fungsional memandang bahwa setiap elemen masyarakat memiliki fungsi sosial yang penting dalam menjaga keseimbangan dan kestabilan masyarakat. Fungsi-fungsi tersebut biasanya berupa kebutuhan manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisik, sosial, dan spiritual.
Memandang masyarakat sebagai sistem
Teori fungsional memandang masyarakat sebagai sistem yang terdiri dari berbagai elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Setiap elemen masyarakat memiliki fungsi tertentu dalam menjaga kedamaian.
Teori Konflik
Teori konflik adalah salah satu teori perubahan sosial yang memandang bahwa perubahan sosial terjadi melalui konflik antar kelompok dan kelas sosial dalam masyarakat. Teori ini beranggapan bahwa konflik yang terjadi antara kelompok-kelompok yang berbeda di masyarakat, terutama antara kelompok yang mempunyai kekuasaan dan yang tidak, merupakan sumber paling penting dan berpengaruh dalam semua perubahan sosial.
Baca juga: Taman Nasional Komodo, Keindahan Alam dan Keanekaragaman Hayati
Menurut teori konflik, kelompok yang memiliki kekuasaan akan berusaha mempertahankan posisi dan kepentingannya dengan memanfaatkan kekuasaannya, sedangkan kelompok yang kurang berkuasa akan berusaha mengubah tatanan sosial untuk mendapatkan hak-hak yang seharusnya mereka miliki. Perubahan sosial kemudian terjadi ketika kelompok yang kurang berkuasa mampu mengalahkan kelompok yang lebih berkuasa dan memperoleh kekuasaan atau memperoleh hak-hak yang seharusnya mereka miliki.
Teori konflik juga memandang bahwa perubahan akan menciptakan kelompok dan kelas sosial baru. Konflik antar kelompok dan antar kelas sosial baru tersebut akan melahirkan perubahan berikutnya. Oleh karena itu, teori konflik menekankan pentingnya adanya perubahan sosial yang bersifat radikal untuk mencapai keadilan sosial.
Baca juga: Interaksi Sosial: Pengertian, Jenis, dan Contoh
Konsep utama dalam teori konflik adalah konflik, kekuasaan, dan ketidakadilan. Teori ini sering dihubungkan dengan Karl Marx dan Friedrich Engels, yang mengeksplorasi konflik antara kelas sosial dalam masyarakat kapitalis. Teori ini juga terkait dengan pemikiran Max Weber tentang stratifikasi sosial dan konflik antara kelompok-kelompok dengan kepentingan yang berbeda di masyarakat.
Karateristik Perubahan Sosial
Perubahan sosial memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
- Dinamis: Perubahan sosial tidak berhenti dan selalu berlangsung secara terus-menerus.
- Universal: Perubahan sosial terjadi di seluruh dunia, tidak terkecuali di setiap masyarakat dan kebudayaan.
- Multidimensional: Perubahan sosial mempengaruhi berbagai aspek masyarakat, seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, dan teknologi.
- Kontinu: Perubahan sosial tidak terjadi secara terpisah, melainkan sebagai bagian dari suatu proses yang berkesinambungan.
- Berkembang: Perubahan sosial membawa perkembangan bagi masyarakat, seperti meningkatnya tingkat kebudayaan dan kualitas hidup.
- Berkaitan dengan konteks: Perubahan sosial dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, sejarah, dan kondisi sosial dan politik saat ini.
- Menciptakan konflik: Perubahan sosial dapat menimbulkan konflik antar kelompok atau antar individu yang memiliki pandangan yang berbeda tentang perubahan tersebut.
Namun, meskipun memiliki beberapa karakteristik, perubahan sosial juga bisa memiliki dampak yang negatif bagi masyarakat, seperti peningkatan tingkat kemiskinan dan ketidakadilan sosial. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mengelola perubahan sosial secara bijak dan berkeadilan.
Kesimpulan
Perubahan sosial adalah hal yang tidak dapat dihindari dan terjadi dalam setiap masyarakat. Beberapa teori menjelaskan tentang bagaimana perubahan sosial terjadi, termasuk teori evolusi, teori siklus, teori fungsional, dan teori konflik.
Teori evolusi menganggap bahwa perubahan sosial memiliki arah dan tahapan tertentu yang harus dilewati oleh setiap masyarakat. Teori siklus melihat bahwa perubahan sosial tidak hanya berakhir pada tahap terakhir yang sempurna, melainkan kembali ke tahap awal untuk peralihan (perubahan) berikutnya.
Teori fungsional beranggapan bahwa setiap elemen masyarakat memberikan fungsi terhadap elemen masyarakat lainnya dan perubahan di satu bagian masyarakat akan mempengaruhi bagian yang lain. Sementara itu, teori konflik memandang bahwa konflik antar kelompok atau antar kelas sosial merupakan sumber utama perubahan sosial.
Dalam setiap teori, terdapat karakteristik khusus yang menjelaskan perubahan sosial, seperti kompleksitas, tak terhindarkan, dan dinamis. Perubahan sosial dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk budaya, ekonomi, politik, dan teknologi. Oleh karena itu, pemahaman terhadap perubahan sosial menjadi sangat penting bagi setiap individu dan masyarakat.
Referensi
- Macionis, J. J., & Plummer, K. (2012). Sociology: A global introduction. Harlow: Pearson Education Limited.
- Anderson, M. L., & Taylor, H. F. (2011). Sociology: The essentials. Belmont, CA: Wadsworth, Cengage Learning.
- Ogburn, W. F. (1950). Social change. New York: Viking Press.
- Parsons, T. (1961). Theories of society: Foundations of modern sociological theory. New York: Free Press.
- Marx, K. (1867). Das Kapital: Kritik der politischen Oekonomie (Capital: A critique of political economy). Hamburg: Meissner.
- Durkheim, E. (1895). The rules of sociological method. New York: Free Press.
- Weber, M. (1922). Economy and society: An outline of interpretive sociology. Berkeley: University of California Press.
- Lenski, G. (1966). Power and privilege: A theory of social stratification. New York: McGraw-Hill.
- Wallerstein, I. (1974). The modern world-system: Capitalist agriculture and the origins of the European world-economy in the sixteenth century. New York: Academic Press.
- Giddens, A. (1984). The constitution of society: Outline of the theory of structuration. Cambridge: Polity Press.