Jenis tanah – Tanah, yang merupakan lapisan terluar bumi, memiliki peran yang sangat vital bagi manusia karena kehidupan kita bergantung padanya. Tanah terbentuk dari pelapukan batuan yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, bahkan bisa mencapai ratusan tahun.
Proses ini dibantu oleh berbagai faktor seperti mikroorganisme, perubahan suhu, dan air. Jenis tanah di setiap daerah berbeda-beda, tergantung pada komponen yang ada di dalamnya. Kualitas tanah yang baik untuk tanaman adalah yang mengandung mineral 50%, bahan organik 5%, dan air 25%.
Di Indonesia, letak astronomis dan geografis memainkan peran penting dalam membentuk beragam jenis tanah. Adapun jenis tanah di seluruh dunia berbeda dari satu daerah ke daerah lainnya, tergantung pada kondisi lingkungan yang ada di daerah tersebut.
Jenis Tanah Aluvial
Tanah aluvial adalah suatu jenis tanah yang terbentuk akibat adanya endapan lumpur, biasanya terbawa oleh aliran sungai. Tanah jenis ini biasanya ditemukan di bagian hilir, karena berasal dari daerah hulu sungai yang mengalami pengendapan. Ciri khas dari tanah aluvial adalah warnanya yang umumnya berupa coklat hingga kelabu.
Karateristik
Tanah aluvial memiliki beberapa karakteristik yang khas, antara lain:
Sifatnya yang subur
Tanah aluvial umumnya mengandung banyak nutrisi dan mineral yang diperkaya oleh endapan lumpur yang membentuknya, sehingga memiliki sifat yang sangat subur dan cocok untuk pertanian.
Kandungan air yang tinggi
Karena proses pembentukannya melalui endapan lumpur yang terbawa oleh sungai, tanah aluvial memiliki kandungan air yang relatif tinggi, sehingga mampu menyimpan air dengan baik.
Tekstur yang halus
Tanah aluvial memiliki tekstur yang halus dan mudah diolah, sehingga cocok untuk pertanian dan budidaya tanaman.
Rentan terhadap erosi
Karena lokasinya yang berada di sepanjang aliran sungai, tanah aluvial cenderung rentan terhadap erosi dan banjir.
Warna coklat hingga kelabu
Tanah aluvial umumnya berwarna coklat hingga kelabu, sesuai dengan kandungan mineral dan endapan lumpur yang membentuknya.
Memiliki pH yang netral hingga alkalin
Tanah aluvial cenderung memiliki pH yang netral hingga alkalin, sehingga cocok untuk pertumbuhan tanaman dengan jenis tertentu.
Baca juga: Dasa Darma Pramuka: Pengertian, Isi, dan Fungsi
Persebaran
Tanah aluvial tersebar di berbagai wilayah di dunia, terutama di daerah yang dekat dengan aliran sungai atau lembah sungai. Beberapa contoh persebarannya antara lain:
Asia Tenggara
Tanah aluvial ditemukan di sepanjang sungai besar di Asia Tenggara seperti Mekong, Chao Phraya, dan Ciliwung. Di wilayah ini, tanah aluvial biasanya digunakan untuk bercocok tanam, seperti untuk perkebunan kelapa sawit, tebu, dan padi.
Amerika Serikat
Tanah aluvial tersebar di berbagai daerah di Amerika Serikat, seperti Mississippi Delta dan Sungai Colorado. Tanah ini umumnya digunakan untuk bercocok tanam seperti untuk budidaya kapas, jagung, dan gandum.
Amerika Selatan
Tanah aluvial juga ditemukan di beberapa negara di Amerika Selatan, seperti Brasil, Argentina, dan Kolombia. Di wilayah ini, tanah aluvial digunakan untuk pertanian, terutama untuk bercocok tanam kopi, tembakau, dan sayuran.
Eropa
Tanah aluvial tersebar di beberapa negara di Eropa, seperti Prancis, Inggris, dan Belanda. Di sini, tanah aluvial umumnya digunakan untuk bercocok tanam seperti tanaman sayuran, buah-buahan, dan bunga.
Baca juga: Kelompok Sosial: Pengertian, Jenis, dan Contoh
Persebaran tanah aluvial sangat luas di dunia, dan ditemukan di banyak negara di seluruh dunia, terutama di daerah yang dekat dengan aliran sungai atau lembah sungai.
Jenis Tanah Andosol
Tanah andosol adalah jenis tanah vulkanik yang terbentuk akibat aktivitas vulkanisme di gunung berapi. Tanah ini memiliki kesuburan yang tinggi dan sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman.
Karateristik
Beberapa karakteristik tanah andosol antara lain:
Warna gelap
Tanah andosol memiliki warna gelap atau kehitaman akibat adanya bahan organik yang tinggi.
Kesuburan tinggi
Tanah andosol memiliki kandungan hara yang tinggi dan dapat mendukung pertumbuhan tanaman dengan baik. Hal ini disebabkan oleh adanya mineral dan bahan organik yang terkandung di dalam tanah.
Kandungan aluminium tinggi
Tanah andosol memiliki kandungan aluminium yang cukup tinggi, sehingga dapat menghambat pertumbuhan tanaman tertentu. Namun, kandungan ini juga dapat berfungsi sebagai penyangga dan meningkatkan kestabilan tanah.
Kepadatan rendah
Tanah andosol memiliki kepadatan yang rendah sehingga mudah ditanami dan memiliki struktur yang longgar.
Sifat asam
Tanah andosol umumnya bersifat asam, namun dapat diubah menjadi netral atau bahkan sedikit basa dengan melakukan penambahan bahan organik atau bahan kapur.
Mudah tererosi
Tanah andosol mudah tererosi akibat aliran air atau angin, sehingga perlu dilindungi dengan penanaman tanaman atau pengaturan drainase yang baik.
Kandungan fosfor yang rendah
Meskipun kandungan hara dalam tanah andosol tinggi, namun kandungan fosfor dalam tanah ini relatif rendah sehingga perlu ditambahkan pupuk fosfat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Baca juga: Limbah Domestik: Pengertian dan Contohnya
Persebaran
Tanah andosol ditemukan di berbagai wilayah di dunia yang memiliki kegiatan vulkanisme atau bekas letusan gunung berapi. Beberapa contoh wilayah yang memiliki persebaran tanah andosol antara lain:
Indonesia
Tanah andosol banyak ditemukan di wilayah Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang memiliki gunung berapi aktif atau gunung berapi yang sudah mati. Beberapa wilayah di Indonesia yang terkenal dengan tanah andosolnya adalah dataran tinggi di Jawa Barat, lereng gunung Merapi di Jawa Tengah, dan dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah.
Amerika Tengah dan Selatan
Tanah andosol juga dapat ditemukan di beberapa negara di Amerika Tengah dan Selatan, seperti Meksiko, Guatemala, Kosta Rika, Peru, dan Kolumbia.
Jepang
Tanah andosol adalah jenis tanah yang banyak terdapat di Jepang, khususnya di pulau Honshu yang memiliki sejumlah gunung berapi.
Afrika
Tanah andosol ditemukan di beberapa negara di Afrika, seperti Kamerun, Kenya, dan Madagaskar.
Eropa
Beberapa negara di Eropa, seperti Italia, Spanyol, dan Yunani, juga memiliki persebaran tanah andosol.
Baca juga: Limbah Anorganik: Pengertian, Jenis, Ciri, dan Dampak
Persebaran tanah andosol cukup luas di dunia, namun biasanya terdapat di daerah-daerah dengan kegiatan vulkanisme yang tinggi atau bekas letusan gunung berapi.
Jenis Tanah Entisol
Tanah entisol merupakan jenis tanah yang memiliki hubungan kekerabatan dengan tanah andosol, namun seringkali terbentuk dari hasil pelapukan material yang dikeluarkan oleh letusan gunung berapi seperti debu, pasir, lahar, dan lapili.
Karateristik
Beberapa karakteristik tanah entisol antara lain:
Struktur tidak terbentuk
Tanah entisol umumnya tidak memiliki struktur atau memiliki struktur yang sangat kurang terbentuk.
Kepadatan tinggi
Tanah entisol cenderung memiliki kepadatan yang tinggi karena belum mengalami proses perombakan organik yang cukup.
Kesuburan rendah
Tanah entisol memiliki kesuburan yang rendah karena belum banyak terakumulasi bahan organik yang cukup.
Kandungan hara yang rendah
Tanah entisol umumnya memiliki kandungan hara yang rendah dan tidak terdapat horison-horison yang jelas.
Kandungan air tinggi
Tanah entisol cenderung memiliki kandungan air yang tinggi karena kemampuan drainasenya masih kurang baik.
Terbentuk di daerah baru
Tanah entisol umumnya terbentuk di daerah yang masih baru atau baru saja mengalami perubahan kondisi lahan, seperti daerah bekas lahar atau tanah longsor.
Rentan terhadap erosi
Tanah entisol umumnya rentan terhadap erosi dan dapat tergerus oleh aliran air atau angin dengan mudah.
Kekurangan horizon tanah yang jelas
Tanah entisol umumnya tidak memiliki horizon tanah yang jelas seperti pada jenis tanah lainnya. Oleh karena itu, sulit untuk membedakan antara horison A, B, atau C.
Persebaran
Tanah entisol tersebar di berbagai wilayah di dunia, baik di daerah tropis, subtropis, maupun iklim sedang. Di Indonesia, tanah entisol banyak terdapat di daerah-daerah baru seperti lahan bekas kebakaran hutan, bekas lahar, daerah tanah longsor, hingga lahan pertanian baru yang belum terolah dengan baik.
Baca juga: Kerajaan Majapahit: Sejarah dan Warisan Budaya
Tanah entisol juga ditemukan di daerah yang memiliki tekanan erosi yang tinggi seperti di daerah pegunungan, pantai yang terkena abrasi, atau area yang rentan terhadap banjir. Selain itu, tanah entisol juga dapat ditemukan di daerah yang baru saja terbentuk akibat dari perubahan kondisi geologi, seperti di daerah yang baru saja mengalami gempa bumi atau letusan gunung berapi.
Jenis Tanah Grumusol
Tanah grumusol terbentuk akibat pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik. Kandungan bahan organiknya rendah karena berasal dari batuan kapur sehingga dapat disimpulkan bahwa tanah ini tidak subur dan kurang cocok untuk menanam tanaman.
Karateristik
Beberapa karakteristik tanah grumusol antara lain:
- Terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik.
- Kandungan bahan organik rendah karena berasal dari batuan kapur.
- Warna tanah cenderung abu-abu atau kecoklatan.
- Struktur tanah kasar dan kering karena pori-porinya besar dan mudah terkikis oleh air.
- Kurang subur dan tidak cocok untuk menanam tanaman karena kandungan nutrisi yang rendah.
Dengan karakteristik seperti di atas, tanah grumusol seringkali digunakan sebagai lahan padang rumput atau digunakan untuk gembalaan ternak. Sedangkan untuk pertanian, tanah ini membutuhkan penambahan pupuk dan perlakuan khusus agar dapat mendukung pertumbuhan tanaman.
Persebaran
Tanah grumusol tersebar di berbagai wilayah di dunia, terutama di daerah yang memiliki batuan kapur dan tuffa vulkanik. Di Indonesia, tanah grumusol dapat ditemukan di daerah-daerah seperti Jawa Tengah, DIY Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali.
Selain itu, tanah grumusol juga dapat ditemukan di beberapa negara lain di dunia seperti Spanyol, Italia, Prancis, Portugal, dan beberapa negara di Amerika Selatan seperti Argentina dan Chile. Wilayah-wilayah yang memiliki iklim mediterania juga cenderung memiliki tanah grumusol karena adanya batuan kapur di wilayah tersebut.
Jenis Tanah Humus
Tanah humus adalah jenis tanah yang terbentuk dari pelapukan sisa-sisa organik tumbuhan. Tanah ini memiliki kandungan nutrisi dan mineral yang tinggi, sehingga sangat subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman.
Karateristik
Berikut adalah beberapa karakteristik utama dari Tanah Humus:
- Kaya akan nutrisi: Tanah humus memiliki kandungan nutrisi dan mineral yang sangat tinggi, seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, sulfur, dan unsur hara lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.
- Tinggi kandungan bahan organik: Tanah humus terbentuk dari sisa-sisa organik tumbuhan, sehingga memiliki kandungan bahan organik yang tinggi. Kandungan bahan organik ini meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air dan nutrisi.
- Ketersediaan air yang baik: Tanah humus mampu menahan air dengan baik, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal.
- Sifat struktur tanah yang baik: Tanah humus memiliki struktur tanah yang baik dan gembur, sehingga akar tanaman dapat menembus tanah dengan mudah dan mengakar dengan kuat.
- Warna gelap: Tanah humus memiliki warna gelap yang khas karena kandungan bahan organiknya yang tinggi.
- pH yang seimbang: pH tanah humus cenderung netral hingga sedikit asam, yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman.
- Daya tahan terhadap erosi: Tanah humus memiliki daya tahan yang baik terhadap erosi, sehingga dapat melindungi tanaman dari kerusakan yang disebabkan oleh air dan angin.
Persebaran
Tanah Humus dapat ditemukan di berbagai wilayah di seluruh dunia, namun biasanya terdapat di wilayah yang memiliki vegetasi lebat dan tanah yang subur. Tanah Humus dapat ditemukan di hutan hujan tropis, hutan gugur, padang rumput, dan bahkan di lahan pertanian. Beberapa wilayah di dunia yang dikenal memiliki tanah humus yang baik di antaranya adalah daerah Amazon di Amerika Selatan, Afrika Tengah, dan wilayah Siberia di Rusia.
Jenis Tanah Inceptisol
Inceptisol merupakan jenis tanah yang terbentuk dari batuan sedimen atau metamorf yang memiliki warna kecoklatan atau kehitaman dengan sedikit campuran warna keabu-abuan. Tanah ini memiliki kemampuan untuk mendukung pertumbuhan hutan yang subur.
Karateristik
Inceptisol memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Usia Tanah Muda: Tanah Inceptisol termasuk tanah muda, yang berarti tanah ini belum berkembang sepenuhnya dan memiliki profil tanah yang belum terbentuk secara sempurna.
- Horison Pendek: Tanah Inceptisol memiliki horison yang pendek, yaitu horison A dan B yang hanya berkisar antara 25-50 cm. Hal ini dikarenakan proses pelapukan yang belum berlangsung lama.
- Kandungan Air yang Baik: Karena horison tanah yang pendek, tanah Inceptisol memiliki kandungan air yang baik dan mudah tergenang. Namun, hal ini juga membuat tanah ini mudah terkena erosi.
- Kurangnya Kandungan Organik: Tanah Inceptisol cenderung memiliki kandungan bahan organik yang rendah karena tanah ini terbentuk dari batuan sedimen atau metamorf.
- Kesuburan yang Rendah: Kandungan hara dan mineral dalam tanah Inceptisol cenderung rendah, sehingga kesuburan tanah ini rendah dan memerlukan pemupukan yang tepat untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
- Tahan Terhadap Erosi: Meskipun memiliki kesuburan yang rendah, tanah Inceptisol memiliki kemampuan tahan terhadap erosi yang baik karena strukturnya yang padat dan kandungan pasir yang cukup tinggi.
Baca juga: 3R: Reduce, Reuse, dan Recycle
Persebaran
Tanah Inceptisol tersebar di seluruh dunia, terutama di daerah tropis dan subtropis. Di Amerika Serikat, tanah ini ditemukan di daerah Great Plains, Midwest, dan Tenggara. Di Eropa, tanah Inceptisol banyak ditemukan di negara-negara seperti Prancis, Spanyol, dan Italia. Sedangkan di Asia, tanah Inceptisol tersebar di daerah-daerah seperti Jepang, Korea, dan Tiongkok.
Jenis Tanah Laterit
Tanah laterit memperoleh warna khasnya yang merah bata dari kandungan tinggi zat besi dan alumunium. Tanah ini cukup umum ditemukan di Indonesia, terutama di daerah pedesaan dan perkampungan.
Karateristik
Berikut adalah beberapa karakteristik dari tanah laterit:
- Warna khas: Tanah laterit memiliki warna merah bata atau kecoklatan karena kandungan tinggi oksida besi dan aluminium.
- Kandungan mineral: Tanah laterit kaya akan mineral seperti besi, aluminium, silika, dan bahan organik.
- Struktur: Tanah laterit biasanya berstruktur padat dan keras, yang dapat menyebabkan sulitnya penyerapan air.
- pH rendah: Tanah laterit cenderung memiliki pH rendah (asam), karena mineral-mineral yang terkandung di dalamnya.
- Kurang subur: Meskipun kaya akan mineral, tanah laterit kurang subur karena sifatnya yang padat dan keras. Sehingga perlu perawatan khusus dan pemupukan untuk meningkatkan kesuburannya.
- Tahan terhadap erosi: Karena strukturnya yang padat, tanah laterit dapat tahan terhadap erosi dan kerusakan akibat cuaca ekstrem. Namun, tanah laterit juga bisa mengalami pelapukan jika terus-menerus terkena air dan udara.
Persebaran
Tanah laterit tersebar luas di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia, terutama di benua Asia, Afrika, Amerika Selatan, dan Australia. Di Indonesia, tanah laterit dapat ditemukan di daerah-daerah seperti Sulawesi, Maluku, Papua, Kalimantan, dan sebagian wilayah Jawa dan Sumatera. Tanah laterit biasanya ditemukan di daerah-daerah dengan curah hujan yang tinggi dan suhu yang relatif stabil sepanjang tahun.
Jenis Tanah Latosol
Tanah latosol atau laterit merah kuning merupakan salah satu jenis tanah yang terbentuk dari batuan induk yang sudah terdegradasi dengan kondisi iklim tropis.
Karateristik
Tanah latosol memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
- Warna: Tanah latosol memiliki warna kemerahan hingga coklat kekuningan, tergantung pada kandungan zat besi dan alumuniumnya.
- Tekstur: Tanah latosol memiliki tekstur yang berbeda-beda, dari kasar hingga halus, tergantung pada bahan induk yang membentuknya.
- Struktur: Struktur tanah latosol umumnya tidak terlalu baik, dengan kandungan liat yang rendah dan struktur butiran yang tidak teratur.
- Kandungan hara: Kandungan hara pada tanah latosol cenderung rendah, terutama nitrogen, fosfor, dan kalium. Namun, tanah ini dapat diperbaiki dengan pemupukan yang tepat.
- Drainase: Tanah latosol cenderung memiliki drainase yang buruk, sehingga mudah mengalami kelebihan air dan memerlukan irigasi yang baik.
- Habitat: Tanah latosol cocok untuk tanaman yang membutuhkan pH tanah yang rendah, seperti padi, kopi, kakao, dan kelapa sawit.
- Persebaran: Tanah latosol dapat ditemukan di berbagai wilayah di dunia, terutama di daerah tropis dan subtropis, termasuk di Indonesia.
Persebaran
Tanah latosol tersebar luas di daerah tropis, khususnya di wilayah Asia Tenggara, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Di Indonesia, tanah latosol dapat ditemukan di beberapa wilayah, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Jenis Tanah Litosol
Tanah litosol adalah jenis tanah yang relatif muda dan baru saja mengalami perkembangan. Tanah ini terbentuk akibat perubahan iklim, topografi, dan adanya aktivitas vulkanik.
Karateristik
Tanah litosol memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
- Terbentuk dari batuan beku atau sedimen yang baru terbentuk atau tererosi.
- Tidak memiliki lapisan permukaan yang jelas dan memiliki kedalaman yang tidak menentu.
- Kandungan humus di dalamnya rendah, sehingga tidak begitu subur dan kurang cocok untuk pertanian.
- Memiliki sifat yang cukup kering karena air tidak dapat terserap dengan baik oleh tanah.
- Dapat ditemukan di daerah pegunungan dan dataran tinggi yang baru terbentuk.
Namun, karena tanah litosol masih baru terbentuk, maka karakteristiknya masih dapat berubah seiring dengan perubahan lingkungan dan proses perkembangan tanah yang terjadi.
Persebaran
Tanah Litosol tersebar di seluruh dunia, terutama di daerah yang memiliki aktivitas geologi yang signifikan seperti pegunungan, daerah rawan gempa, dan daerah vulkanik. Namun, tanah Litosol seringkali terdapat di daerah-daerah yang kurang subur dan sulit untuk ditanami. Di Indonesia, tanah Litosol dapat ditemukan di daerah pegunungan dan daerah rawan bencana seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Jenis Tanah Kapur
Tanah kapur adalah jenis tanah yang terbentuk dari proses pelapukan batuan kapur. Tanah ini memiliki kandungan kalsium karbonat yang tinggi dan memiliki pH yang relatif tinggi, yaitu di atas 7.
Karateristik
Tanah kapur, juga dikenal sebagai tanah alkali, memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Berwarna putih keabu-abuan atau kecoklatan
- Memiliki struktur padat dan keras
- pH tanah yang tinggi (lebih dari 7)
- Kandungan nutrisi yang rendah dan kurang subur
- Memiliki kandungan kalsium tinggi, namun rendah unsur hara lainnya seperti kalium, nitrogen, dan fosfor
- Cocok untuk tanaman yang tahan terhadap kondisi tanah alkali, seperti beberapa varietas rumput, tumbuhan kaktus, dan beberapa jenis tanaman hias.
Persebaran
Tanah kapur memiliki persebaran yang sangat luas dan ditemukan di berbagai wilayah di dunia, terutama di daerah dengan formasi batuan kapur yang cukup besar. Di Indonesia, tanah kapur umumnya terdapat di daerah Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Tanah kapur cenderung berada di daerah dataran rendah hingga perbukitan dengan kondisi iklim yang relatif kering dan suhu yang cenderung panas.
Kesimpulan
Setiap jenis tanah memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung dari faktor pembentukannya. Setiap jenis tanah juga memiliki persebaran yang berbeda-beda di berbagai wilayah di Indonesia maupun di seluruh dunia.
Pemahaman tentang jenis dan karakteristik tanah sangat penting dalam kegiatan pertanian dan pengelolaan sumber daya alam, karena setiap jenis tanah memiliki kelebihan dan kekurangan dalam hal produktivitas dan keterampilan dalam pengelolaannya.
Oleh karena itu, perlu adanya penanganan yang tepat dan berkelanjutan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan meningkatkan produktivitas tanah untuk kepentingan manusia dan lingkungan.
Referensi
- Soil Science Society of America. (2020). Glossary of Soil Science Terms. Soil Science Society of America. https://www.soils.org/publications/soils-glossary
- Sumarno, M. B. (2017). Jenis-Jenis Tanah di Indonesia. Cetakan ke-2. Penerbit Andi.
- Setiawan, A., Susanto, B., & Syakir, M. (2017). Panduan Praktis Identifikasi Jenis-Jenis Tanah di Lapangan. Penerbit Universitas Brawijaya.
- Darmawijaya, M. I. (2018). Karakteristik Tanah-tanah Tropika dan Pengelolaannya. Cetakan ke-5. Penerbit Andi.
- Directorate General of Land and Spatial Planning. (2019). Soil Classification in Indonesia. http://geoportal.menlhk.go.id/sisteminformasitambang/en/soil-classification-in-indonesia/
- Soil Survey Staff. (2014). Keys to Soil Taxonomy (12th ed.). USDA-Natural Resources Conservation Service. https://www.nrcs.usda.gov/wps/portal/nrcs/detail/soils/survey/class/taxonomy/
- Brady, N. C., & Weil, R. R. (2010). The Nature and Properties of Soils (14th ed.). Prentice Hall.
- McDaniel, P. A., & DeVore, J. D. (2017). Basic Soil Properties. In The Ecology of Desert Soils (pp. 27-49). Springer. https://doi.org/10.1007/978-3-319-63214-6_2